Kompetensi guru dalam mencoba menggunakan berbagai metode sangat diperlukan. Salah satunya adalah metode probing prompting. Menurut kamus terjemahan Inggris-Indonesia, probing adalah menyelidiki atau melacak.
Sedangkan prompting adalah stimulus
yang diberikan sebelum dan selama terjadinya sesuatu. Berdasarkan pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa probing-prompting
merupakan suatu metode yang digunakan untuk menyelidiki suatu permasalahan
dengan diberikan stimulus-stimulus sebelum dan selama terjadinya pembelajaran.
Adapun yang dimaksud dengan stimulus disini adalah pemberian
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa sampai menemukan pengalaman baru.
Metode pembelajaran probing-prompting memang belum banyak digunakan karena keterbatasan
referensi dan kurangnya kemampuan guru dalam menyusun pertanyaan yang efektif
bagi keterlaksanaan pembelajaran. Sebagian besar guru masih merasa kebingungan
dalam menyusun pertanyaan dasar sampai pertanyaan lanjut sehingga pada
pembelajaran kooperatif metode ini jarang digunakan.
Probing
Penjelasan mengenai probing telah disajikan oleh Jacobsen pada bukunya yang berjudul Methods for Teaching (1989: 149):
The
former involves increased numbers of students, and the latter deals with
incorrect responses. An additional situation arises when the student’s reply is
correct but insufficient because it lacks depth. In such a case, it is
important for the teacher to have the student supply additional information in
order to have better, more inclusive answers. This technique is called probing.
Proses pembelajaran akan melibatkan guru, siswa
dan lingkungan sebagai tempat belajar. Setiap pembelajaran mencoba mengaktifkan
siswa dengan memberikan tawaran pertanyaan hingga muncul jawaban salah pada
diri siswa. Situasi tersebut akan terus berlangsung sampai konsep jawaban benar
menjadi simpulan dari pertanyaan yang diajukan oleh guru. Namun jawaban yang
benar dari siswa tersebut tidak cukup sehingga membutuhkan jawaban yang lebih
mendalam dari guru. Dalam kasus ini penting bagi guru untuk memiliki
pengetahuan yang lebih sehingga tercipta jawaban inklusif untuk disajikan
kepada siswa. Teknik seperti ini yang disebut probing (Jacobsen. 1989: 149).
Mengajukan pertanyaan merupakan salah satu
strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Keefektifan pertanyaan dapat
dilihat dari cara siswa menyikapi soal-soal yang diberikan oleh guru. Ketika
pertanyaan muncul mau tidak mau siswa akan termotivasi untuk memecahkan masalah
secara bersama-sama. Hal tersebut sama dengan langkah yang dilakukan oleh Anne
dalam memecahkan masalah. Menurut Johnson (2009: 217) langkah mencari solusi
permasalahan adalah sebagai berikut:
a.
Identifikasi masalah
b.
Kumpulkan solusi-solusi yang
memungkinkan
c.
Pilihlah tiga solusi terbaik
d.
Laksanakan rencana kalian
e.
Evaluasi keefektifan solusi
kalian
Penggunaan pertanyaan dalam pembelajaran pada
dasarnya memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpikir dan merenung. Hal tersebut
dikuatkan oleh DePorter (2012) dalam bukunya Quantum Teaching yang menjelaskan bahwa dengan memberi kesempatan
kepada siswa untuk merenung, guru telah membantu siswa mendirikan pengertian
konseptual yang lebih mendalam, membangun kaitan yang lebih kuat, dan lebih
banyak lagi menekan proses belajar. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang digunakan
dalam proses pemberlajaran disebut probing
question.
Metode probing-prompting
membutuhkan penguasaan keterampilan bertanya yang baik pada guru. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan tanya jawab kepada siswa:
a.
Tujuan yang akan dicapai dari
metode tanya jawab, antara lain:
1. Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai
oleh siswa.
2.
Untuk merangsang siswa
berpikir.
3. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum
dipahami.
b.
Jenis pertanyaan. Pada
dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu diajukan, yakni pertanyaan ingatan dan
pertanyaan pikiran.
1. Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana
pengetahuan sudah tertanam pada siswa. Biasanya pertanyaan berpangkal kepada
apa, kapan, dimana, berapa, dan yang sejenisnya.
2. Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana
cara berpikir anak dalam menanggapi suatu persoalan. Biasanya pertanyaan ini
dimulai dengan kata mengapa, bagaimana.
c. Teknik mengajukan pertanyaan. Berhasil tidaknya metode tanya jawab,
sangat bergantung kepada teknik guru dalam mengajukan pertanyaan. Hal pokok
yang harus diperhatikan antara lain:
1. Perumusan pertanyaan harus jelas dan terbatas sehingga tidak
menimbulkan keragu-raguan pada siswa.
2.
Pertanyaan hendaknya diajukan
pada kelas sebelum menunjuk siswa untuk menjawabnya.
3.
Beri kesempatan/ waktu pada
siswa untuk memikirkannya.
4.
Hargailah pendapat/
pertanyaan dari siswa.
5.
Distribusi atau pemberian
pertanyaan harus merata.
6.
Buatlah ringkasan hasil tanya
jawab sehingga memperoleh pengetahuan secara sistematik (Sudjana, 2009: 79).
Perancangan pertanyaan hendaknya disesuaikan taksonomi tujuan
pembelajaran. Pada struktur kawasan kognitif, Bloom (dalam Murni, 2011: 94)
menyatakan tingkatan hierarkis dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke
yang paling tinggi (evaluasi) dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Tingkat pengetahuan (Remember)
b.
Tingkat pemahaman (Understand)
c.
Tingkat penerapan (Apply)
d.
Tingkat analisis (Analyze)
e.
Tingkat evaluasi (Evaluate)
f.
Tingkat membuat (Create)
Metode
probing-prompting terdapat dua
aktivitas yang saling berhubungan yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas
berpikir dan fisik yang berusaha membangun pengetahuan serta aktivitas guru
yang berusaha membing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan. Metode pembelajaran Probing-prompting dikembangkan ke dalam langkah-langkah sebagai
berikut:
a.
Guru
menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali.
b.
Siswa
mengonstruksi konsep prinsip aturan menjadi pengetahuan baru.
c.
Guru
melakukan tanya jawab dengan menunjuk siswa secara acak
d.
Guru
memberikan penghargaan kepada siswa yang jawabannya salah
e.
Tanya
jawab diteruskan sampai mendapatkan pengetahuan baru yang sebelumnya tidak
diberitahukan.
f.
Guru
memberikan penghargaan kepada kelompok yang berprestasi (Suyatno, 2009: 63)
It is important to note that
no new ideas have been introduced. The purpose here is to get students to
justify or further explain their responses, thereby increasing the depth of the
discussion. It also helps to move students away from surface responses. All too
often, we don’t take our students beyond the simple yes or no or correct anwer
response. We need to provide our students with increased opportunities to
process information, to deal with the why, the how, and the based upon what. By
doing so, the student not only gains experiences a greater feeling of success.
Penting untuk dicatat bahwa tidak ada ide-ide
baru telah diperkenalkan. Tujuan disini adalah untuk meningkatkan kedalaman
diskusi siswa. Hal ini juga membantu siswa untuk merespon permasalahan yang
muncul dalam pembelajaran. Siswa perlu mendapat kesempatan untuk meningkatkan
proses informasi sehingga tidak hanya memperoleh pengalaman dalam berurusan
dengan tingkat yang lebih tinggi tetapi juga mengalami perasaan sukses yang
lebih besar (Jacobsen. 1989: 150).
Prompting
Prompting
merupakan
kondisi ketika siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru tidak langsung
melemparkan pertanyaan kepada siswa lain namun memberi kesempatan kepada siswa
yang salah untuk menjawab pertanyaan sederhana sebagai bentuk bantuan dari guru
(Jacobsen. 1989: 146).
The effectiveness of prompting is supported by
research. Anderson, Everson, and Brophy (1979) and Stallings, Needels, and
Stayrook (1979) found that students benefited most, after giving an incorrect
response, when teacher asked a series of simple questions and gave clues to
help them arrive at the correct answer.
Keefektifan prompting didukung
dengan beberapa penelitian. Anderson, dkk (dalam Jacobsen. 1989: 146) adalah
ketika siswa menjawab pertanyaan dengan jawaban yang salah, guru memberikan
pertanyaan sederhana dan memberi petunjuk untuk menemukan jawaban yang benar.
Metode probing-prompting dapat
dikatakan mirip dengan metode tanya jawab. Pengaruh positif dari metode probing-prompting diantaranya adalah
siswa menjadi lebih aktif. Hal ini dikarenakan pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan guru harus dijawab oleh siswa. Menurut Suherman (2003: 209-211) agar
siswa aktif dalam tanya jawab hendaknya guru berlaku:
a.
Menghargai jawaban,
pertanyaan, keluhan, atau tindakan siswa bagaimanapun jelek mutunya.
b.
Menerima jawaban siswa lalu
memeriksanya dengan mengajukan pertanyaan.
c.
Merangsang siswa untuk aktif
berpartisipasi dengan menjawab pertanyaan atau mendemonstrasikan hasil
berpikirnya di depan kelas atau papan tulis, dan memperlihatkan hasil karyanya.
d.
Mengajukan pertanyaan kepada
sasaran yang sesuai dengan keperluan.
e.
Bertindak atau bersikap seolah-olah
belum tahu atau membuat kekeliruan yang disengaja.
f.
Mengajukan pertanyaan yang
tinggi tarafnya.
Berdasarkan kolaborasi pendapat Suyatno dan
Jacobsen, penulis menyimpulkan langkah pembelajaran metode probing-prompting adalah sebagai berikut:
a.
Guru menyajikan serangkaian
pertanyaan kepada siswa
b.
Guru menuliskan beberapa
alternatif jawaban yang diperoleh dari siswa
c.
Guru mengonstruksi
pengetahuan baru berdasarkan jawaban siswa
d.
Guru memberikan pertanyaan menuntun
dan menggali untuk mendapatkan jawaban lebih mendalam
e.
Tanya jawab diteruskan sampai
mendapatkan pengetahuan baru yang sebelumnya tidak diberitahukan
f.
Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok yang berprestasi
Referensi
DePorter,
Bobbi. 2012. Quantum Learning.
Bandung: Kaifa.
____________.
2012. Quantum Teaching. Bandung:
Kaifa.
Jacobsen
D. 1989. Methods for Teaching. Ohio:
Merrill Publishing Company.
Murni, Wahid,
dkk. 2011. Keterampilan Dasar Mengajar. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Suherman, Erman,
dkk. 2003. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif.
Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Posting Komentar