Sesuai dengan tuntutan profesionalisme guru dalam mendidik
maka kemampuan setiap guru untuk mengembangkan bahan ajarnya yang berbasis
teknologi informasi dan komunikasi mutlak di perlukan. Hal ini diperlukan
seiring dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi komunikasi maupun teknologi
komputer saat ini. Dan pengajaran yang diberikan kepada peserta didik lebih
menarik, lebih menggugah ghiroh ( semangat ) peserta didik untuk terus belajar
dikarenakan pembelajaran yang diberikan oleh guru cenderung menarik dan tidak
monoton. Semua itu kemungkinan besar didukung oleh metode dan cara pemberian
materi yang berbasis TIK mudah dicerna dan lebih tepat pada sasaran.
Ada sebuah problematika besar pada saat
ini, disaat guru dituntut untuk bisa lebih mengembangkan bahan ajar atapun
metode ajar berbasis TIK, terdapat pula kendala dimana tidak jarang guru yang
sampai saat ini mungkin belum paham dan tidak begitu familier dengan penggunaan
bahan ajar berbasis TIK, padahal bila ditelisik lebih mendalam pembelajaran
berbasis TIK ini sedikit banyak membantu setiap guru dalam menyampaikan materi
kepada peserta didiknya agar lebih dapat dipahami dan dimengerti secara cepat.
Kendala-kendala yang dialami bagi sebagian guru dalam
menerapkan pembelajaran berbasis TIK yang paling banyak ditemui adalah seorang
pendidik atau dalam hal adalah guru enggan, ataupun kurang bersemangat untuk
mencoba metode pembelajaran berbasis TIK dikarenakan seorang pendidik tersebut
tidak mau belajar untuk mehamami bagaimana belajar menggunakan perangkat TIK
secara maksimal untuk membantu dalam proses pembelajaran. Hal ini bisa
disebabkan karena faktor usia dari gurunya sendiri yaitu merasa tidak sanggup
untuk belajar hal baru apalagi harus berpikir keras untuk belajar dari awal.
Beberapa penyebab lainnya adalah kendala kurangnya fasilitas
terutama bagi guru di daerah pedesaan. Masih banyak beberapa sekolah yang belum
memiliki unit komputer. Hal ini mempengaruhi guru yang ingin belajar terkait
teknologi informasi dan komputer.
Untuk mempercepat ketercapaian materi yang diberikan,
digunakan sebuah konsep pelatihan dengan tutor sebaya, maksudnya adalah setiap
anggota pelatihan yang sudah lebih dahulu memahami tentang sebuah materi yang
akan disampaikan maka diharuskan untuk menularkannya pada sebayanya yang belum
memahami, ini bertujuan untuk lebih bisa mempercepat pemahaman bagi yang belum
begitu paham dengan materi yang diberikan. Di samping itu diharuskan pula ada
tutor inti yang akan memberikan materi secara menyeluruh kepada setiap peserta
pelatihan. Dimana tutor ini adalah orang yang berkompeten secara akademis dalam
menyampaikan pokok materi.
Modul merupakan hal yang sangat membantu dalam percepatan
pencapaian tujuan pelatihan, dimana modul ini berisi teori, latihan-latihan
atau petunjuk-petunjuk praktek selama peserta pelatihan mengikuti program
pelatihan. Konsep modul yang diberikan adalah bercirikan ATM ( Amati, Tiru dan
Modifikasi ), artinya bisa jadi isi dari materi modul tidak sama dengan yang
dikerjakan oleh peserta pelatihan dikarenakan peserta wajib untuk mengamati
lalu kemudian menirukan dan selanjutnya adalah melakukan modifikasi agar setiap
pekerjaan ataupun praktek yang dilakukan dari sisi materi akan lebih berkembang
atau tidak monoton.
Setiap peserta akan mendapatkan sebuah modul dari setiap
materi yang disampaikan bahkan bisa jadi mendapatkan se-bundle modul yang
mencakup isi materi dari keseluruhan pelatihan. Hal ini bisa disesuaikan
dikarenakan ada kemungkinan guru akan lebih memahami jika modul diberikan
secara berangsur sesuai dengan materi yang diberikan. Diharapkan dengan cara
ini tidak menjadikan materi bahan ajar hanya bertumpuk saja, disebabkan
keengganan untuk membaca atau mempraktekan dikarenakan ketebalan modul yang
begitu tebal.
Posting Komentar