![]() |
Pentas barong oleh sanggar Sardulo
Krida Mustika di Desa Tambahrejo, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora.
|
Blora, Harian Guru – Kesenian
Barong Blora atau Barongan Blora yang berada di Kabupaten Blora, Jawa Tengah,
keberadaannya membuat warga Blora menyebut “Blora Kota Barongan” dan beberapa
daerah di sekitarnya. Selain dikenal sebagai Kota Sate, Bumi Samin dan Bumi
Mustika, Blora dikenal sebagai daerah penghasil barong terbesar di Jawa Tengah
bahkan Indonesia.
Oleh karena itu, agar tidak terjadi
klaim karya dan budaya, Forum Muda Cendekia (FORMACI) Jateng mengusulkan agar
barong tersebut menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarkan secara
konseptual di sekolah-sekolah.
Akan tetapi, landmark ini akan lestari
dan benar-benar menyentuh akar jika dimasukkan dalam pendidikan, terutama di
kalangan pelajar SD dan SMP sampai SMA.
“Dulu saya pernah mengusulkan agar
barong ini menjadi ekstra, meskipun di beberapa sekolah diterapkan, namun harus
didukung dengan kebijakan oleh Dinas Pendidikan setempat,” ujar Hamidulloh
Ibda, Direktur Utama Formaci Jateng, di sela-sela pentas barong di Desa
Tambahrejo, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora, Minggu (28/2/2016).
Kegiatan tersebut, merupakan pentas
barong yang digelar oleh Harian Jateng Network, bekerjasama dengan
HarianBlora.com, Formaci Jateng, JARI Institute Blora, kemudian mendapuk
sanggar barong Sardulo Krida Mustika Blora.
Menurut Ibda, kegiatan kampanye
budaya seharusnya digelar lebih intens, selain skala besar seperti Festival
Barong Nusantara, namun even-even kecil seharusnya digalakkan.
“Tidak hanya dijadikan mata
pelajaran seperti ekstra, namun dalam konteks pembelajaran, Barong Blora
menjadi muatan lokal yang wajib ada di jenjang SD sampai SMA di Blora, baik
sekolah negeri maupun swasta. Ini jelas butuh dukungan kebijakan,” tegas dia.
Oleh karena itu, ia berharap agar
wacana tersebut terlaksana. “Jadi misal sudah diterapkan, kalau pelajar SMA di
Blora susah lulus, kalau mereka tidak bisa kuliah, maka bisa bermain barong dan
bisa membuat barong. Jadi outputnya mencetak seniman pemain barong dan perajin
barong,” beber dia.
Sementara itu, Indra Bagus
Kurniawan Ketua Sanggar Sardulo Krida Mustika menyambut baik wacana tersebut.
Pasalnya, selama ini banyak pelajar di Blora tahu barong langsung secara
praktik, namun mereka buta soal sejarah, konsep dan teori-teori barong.
“Saya sendiri merasakan itu, tahu
praktiknya namun buta teorinya,” papar dia. (Red-HG99/Foto: Harian Guru).
Posting Komentar