![]() |
Ribuan mahasiswa UIN Walisongo saat mengikuti OPAK. |
Mahasiswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari bentuk dan jati diri, dan secara psikis masih labil. Oleh karena itu, kampus dan akademisi perlu secara terus menerus melakukan berbagai upaya untuk menghindari mahasiswa terkena paham ini.
Berdasarkan fakta, para pelaku teror sebagian besar berusia 20-30 tahun. Karenanya, diperlukan upaya memberi pemahaman dan penyadaran kepada generasi muda pentingnya membentengi diri dari faham radikalisme yang mungkin saja menyasar mereka.
Demikian dikatakan oleh Dr. Musahadi, M.Ag, selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan UIN Walisongo Semarang di tengah kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK) di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jumat (26/8/2016).
UIN Walisongo bekerjasama dengan FKPT Jateng untuk memberikan pembekalan pendidikan antiradikalisme dan antiterorisme kepada 3.759 mahasiswa baru UIN Walisongo yang tersebar di delapan fakultas.
“Pendidikan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang gerakan-gerakan radikal yang saat ini berkembang di Indonesia. Gerakan radikal bukan murni ideologi dari Indonesia tetapi merupakan jarigan global. Karenanya mahasiswa dituntut memiliki kemampuan bisa memilah dan memilih mana yang benar-benar merupakan ajaran Islam moderat dan rahmatan lil alamin” tambah Musahadi.
Musahadi menegaskan bahwa mahasiswa diharapkan memiliki sikap toleran dan terbuka. Jika mahasiswa sebagai generasi muda memiliki sikap toleran, maka akan menghargai perbedaan dan bijak dalam bertindak. Tidak mudah mengkafirkan, tidak mudah terpancing oleh provokasi apapun yang mengatasnamakan agama dan kekerasan. (Red-HG99/Hms).
Posting Komentar