Suasana penyampaian materi penulisan esai dalam agenda Pepci Hima PKn FIS Unnes, Sabtu (27/8/2016). |
“Ada beberapa alasan mengapa mahasiswa harus menulis. Pertama, tidak ada tokoh besar tanpa tulisan. Kedua, nama kalian akan mengabadi. Ketiga, menghidupkan budaya intelektual. Keempat, menghidupkan budaya riset. Kelima, mendapatkan materi, relasi dan dikenal,” papar dia.
Penulis buku Demokrasi Setengah Hati tersebut dalam kegiatan Pengenalan Politic and Civic (Pepci) di gedung C7 lantai 3 FIS Unnes kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang tersebut juga mengatakan, bahwa untuk menulis harus fokus memilih salah satu genre kepenulisan, yaitu fiksi, nonfiksi atau faksi.
“Kalau teman-teman ingin serius menulis, saran saya harus fokus meskipun Anda bisa di semua jenis tulisan. Pilihlah dan petakan kemampuan Anda, apa mau menulis tulisan jenis fiksi, nonfiksi atau jenis faksi,” papar Direktur Formaci Jateng tersebut.
Untuk menjadi penulis, kata dia, tak perlu banyak trik atau tips-tips menjadi penulis. “Anda cukup membaca sedikit saja, tapi bergaullah dengan orang yang suka nulis. Kalau soal konten, maka ya perlu baca dan baca, baik itu buku maupun berita dan karya sastra agar memperlembut bahasa,” ujar pria yang kini menjadi dosen STKIP Muhammadiyah Batang tersebut.
Saya yakin, kata dia, semua mahasiswa itu bisa nulis. “Tapi, tulisan apa, yang bagaimana, jenis apa, menghasilkan sesuatu atau tidak. Sebab, peradaban kita itu sekarang peradaban global. Tanpa kemampuan komparatif dan kompetitif, maka Anda akan tertinggal. Apalagi, nanti Anda juga berkewajiban menulis skripsi, tesis, disertasi, jurnal, artikel ilmiah atau jenis lainnya. Maka sebelum terlambat, mari hidupkan budaya menulis sejak dini,” harap dia. (Red-HG99/Kamelo).
Posting Komentar