The
Importance of the Classroom Library for Support Literacy Programme
Introduction
Background
Sekolah memiliki peran
yang sangat penting dalam menanamkan budaya literat pada anak didik. Oleh
karena itu, tiap sekolah tanpa terkecuali harus memberikan dukungan penuh
terhadap pengembangan literasi. Di sekolah dengan budaya literasi yang tinggi,
peserta didik akan cenderung lebih berhasil dan guru lebih bersemangat
mengajar.
Perlu dipahami bahwa
program membawa nyaring dan membaca di dalam hati hanyalah bagian kecil dari
kerangka membangun budaya literasi di sekolah. Ada banyak hal yang mendukung
sekolah membagun budaya literasi. Empat faktor itu adalah lingkungan fisik
ramah literasi, lingkungan afektif, lingkungan sosial, dan lingkungan akademik.
Fokus penelitian ini
adalah tentang lingkungan fisik ramah literasi. Lingkungan fisik yang
dimaksudkan di sini salah satunya adalah ruang kelas. Kelas sebagai salah satu
tempat belajar bagi siswa memberikan dampak besar dalam menumbuhkan cara berpikir literat. Namun kondisi kelas
khususnya pada jenjang sekolah dasar masih sangat bervariasi. Masih banyak
sekolah yang belum memiliki perpustakaan kelas. Jangankan perpustakaan kelas,
perpustakaan sekolah pun mereka belum memiliki. data Kementrian
Pendidikan Nasional hingga tahun 2011, dari 143.437 SD, sebanyak 79.445 atau
55,39 persen sekolah tanpa perpustakaan. Di SMP sebanyak 39,37 persen sekolah
(13.588 dari 34.511 sekolah) tanpa perpustakaan.
Berbagai problematika yang
dihadapi oleh perpustakaan sekolah serta minimnya jumlah perpustakaan sekolah
merupakan kondisi perpustakaan sekolah pada umumnya. Berbagai problematika yang
dihadapi oleh perpustakaan sekolah ini menyebabkan perpustakaan sekolah tidak
mampu menjalankan tugasnya secara maksimal.
Problematika yang dihadapi oleh
perpustakaan sekolah harus segera dicari solusinya. Solusi ini diperlukan
karena perpustakaan menjadi salah satu institusi penting dalam proses
mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana
pendidikan penunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah dan memiliki peranan
penting dalam tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Tanpa eksistensi
perpustakaan sekolah maka tujuan pendidikan yang ingin dicapai tidak akan
memperoleh hasil maksimal.
Menurut pendapat Wafford (dalam
Darmono: 2001) menerjemahkan perpustakaan sebagai salah satu organisasi sumber
belajar yang menyimpan mengelola dan memberikan layanan bahan pustaka baik buku
maupun non buku kepada masyarakat tertentu maupun masyarakat umum. Definisi
lainnya diungkapkan oleh Basuki (1993) yang mendefinisikan perpustakaan sekolah
sebagai perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya
oleh sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan utama membantu sekolah untuk
mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan pendidikan pada umumnya.
Dari kedua definisi di atas
dapat diketahui bahwa perpustakaan sekolah memiliki peran yang sangat penting
dalam keberhaislan pendidikan. Adapun perpustakaan kelas merupakan perpustakaan
kecil yang berada di sudut kelas untuk memudahkan siswa dalam melaksanakan
program literasi.
Problems
Bagaimana pengaruh perpustakaan kelas terhadap keberhasilan
program literasi sekolah?
Purpose
Untuk mengetahui pengaruh perpustakaan kelas terhadap
keberhasilan program literasi sekolah.
2. METHODS
2.1 Participant
Dalam penelitian kualitatif tidak mengenal istilah populasi
dan sampel tetapi dinamakan situasi sosial yang terdiri atas tempat, pelaku,
dan aktivitas (Sugiyono, 2010: 297). Penelitian dilaksanakan di kelas 5b SDN
Sampangan 01 Kota Semarang. Aktor yang diamati adalah siswa kelas 5B begitu
pula dengan aktivitasnya selama di dalam kelas.
2.2 Instrument
Instrumen yang digunakan adalah peneliti dan siswa kelas 5B.
Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan siswa sebagai instrumen
utama dalam penelitian. Instrumen lain yang digunakan adalah catatan anekdot,
lembar observasi, dan pedoman wawancara.
2.3 Procedure
Formula yang digunakan dalam penelitian kualitatif
menurut Sugiyono (2010: 30) adalah tahap deskripsi, tahap reduksi, dan tahap
seleksi. Pertama, pada tahap deskripsi peneliti memasuki situasi sosial dengan
berada di dalam kelas dan di antara siswa sebagai instrumen penelitian yang
utama untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya. Hal yang diamati khususnya
dengan keberadaan perpustakaan kelas dan program literasi yang ada di sekolah.
Kedua, pada tahap reduksi peneliti mulai menentukan fokus penelitian. Peneliti
mengambil fokus pada hubungan keberadaan perpustakaan kelas terhadap pelaksanaan
kegiatan literasi membaca di kelas. Ketiga, tahap seleksi. Pada tahap seleksi
peneliti mengurai fokus menjadi komponen yang lebih rinci. Adapun yang diurai
peneliti dalam penelitian ini adalah asal pemerolehan buku, jenis buku, waktu
membaca buku, pendampingan berliterasi, dan keterampilan memelihara buku.
3.
Results
3.1 Asal pemerolehan buku
Buku yang ada dalam perpustakaan kelas berasal dari
beberapa sumber. Siswa kelas 5B terdiri atas 25 anak dengan rincian 10 anak
perempuan dan 15 anak laki-laki. Setiap anak diberikan tugas oleh guru kelas
untuk membawa satu buku. Buku diletakkan di rak buku kelas. Setiap buku yang
dikumpulkan menjadi hak milik perpustakaan kelas. Sumber kedua adalah dari
perpustakaan sekolah. Setiap bulan guru mengambil 25 buku dari perpustakaan
baik itu bergenre fiksi maupun non fiksi. Pada bulan kedua, guru akan mengganti
dengan judul buku yang lain. Tujuannya adalah agar anak memperoleh lebih banyak
informasi. Ketiga adalah buku yang dibeli oleh guru kelas. Secara berkala guru
kelas membelikan buku bagi siswa menggunakan uang pribadi sebagai koleksi
kelas.
3.2 Jenis buku
Jenis buku yang ada di kelas beraneka ragam. Buku
bergenre fiksi berupa cerita rakyat, cerpen, dan ontologi. Buku nonfiksi berupa
cara bercocok tanam, cara merawat binatang ternak, cara menggunakan TIK, cara
membuat kompos, dan lain sebagainya. Selain buku fiksi dan nonfiksi, guru juga
memperkenankan majalah yang sudah tidak terpakai di rumah untuk dibawa ke
sekolah sebagai bahan bacaan bagi teman yang belum pernah membacanya. Beberapa
majalah ada juga yang digunting dan dibuat majalan dinding kelas.
3.3 Waktu membaca buku
Waktu yang dipilih untuk membaca buku adalah 15
menit sebelum pembelajaran dimulai. Jadi, sebelum pembelajaran dimulai siswa
diperkenankan untuk membaca buku apa saja yang ada di sudut perpustakaan kelas.
Siswa tidak diberikan tekanan tugas. Siswa membaca dengan riang tanpa ada
tanggungan untuk melakukan tugas tertentu setelah proses membaca dilakukan.
3.4 Pendampingan berliterasi
Pendampingan literasi dilaksanakan oleh guru kelas
(peneliti). Jadi, belum ada pustakawan khusus yang mendampingi kegiatan
berliterasi yang dilakukan oleh siswa. Literasi didampingi oleh guru kelas 5B.
3.5 Keterampilan memelihara buku
Awal mulanya pemeliharaan buku yang dilakkukan oleh
siswa sudah baik. Siswa memberikan sampul plastik pada setiap buku yang ada di
perpustakaan kelas. Namun seiring berjalannya waktu, sampul itu banyak yang
lepas karena siswa kurang berhati-hati saat membuka, meutup, dan menggunakan
buku. Keterampilan berikutnya adalah mengembalikan buku secara rapi. Awalnya
siswa masih sangat susah saat diminta untuk merapikan buku fiksi dan nonfiksi
yang ada di kelas. Namun setelah mendapat pengarahan dari guru, buku telah
dapat tertata rapi dan siswa menjadi terbiasa.
4. Discussion
5. Conclusion
6. References
Posting Komentar