Ilustrasi |
Oleh:
Nurchaili
Karakter
bangsa Indonesia yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila semakin
tergerus perkembangan zaman. Sikap toleransi, gotong royong, persaudaraan, berbudi
pekerti luhur, kebinekaan dan sifat
mulia lainnya semakin memudar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia kini terancam akan kehilangan jati diri
sebagai bangsa yang bermartabat dan berperadaban tinggi.
Pakar
pendidikan Thomas Lickona
memaparkan sepuluh aspek degradasi moral (karakter) yang melanda suatu negara
yang merupakan tanda-tanda kehancuran sebuah bangsa. Tanda-tanda
tersebut adalah meningkatnya
kekerasan pada remaja, penggunaan kata-kata yang memburuk, pengaruh kelompok/golongan yang kuat dalam
tindak kekerasan, meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas,
kaburnya batasan moral baik-buruk, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat
kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga
negara, membudayanya ketidakjujuran, serta adanya saling curiga dan kebencian
diantara sesama.
Mencermati
kondisi kekinian bangsa Indonesia, tentu kita semua sepakat kalau tanda-tanda
yang digambarkan di atas sudah terjadi di negara kita. Bangsa Indonesia harus segera berbenah. Pemerintah harus
mampu mengidentifikasi, mengembalikan dan memperbaiki karakter bangsa
sebagaimana nilai-nilai luhur yang telah dituntun dalam agama dan diwariskan nenek moyang berupa kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebinekaan dan persaudaraan.
Pendidikan
Karakter
Gerakan Nasional Pendidikan
Karakter telah dimulai sejak tahun 2010, mulai jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Perguruan
Tinggi termasuk pendidikan nonformal dan informal. Namun dalam
perjalanannya, pendidikan karakter tampak kurang termanifestasikan dengan baik
dalam masyarakat, termasuk di sekolah yang menjadi sasaran utama penerapan
pendidikan karakter.
Permasalahan pendidikan karakter sangat kompleks, dan ini
menjadi salah satu tantangan dan tugas mulia kita saat ini. Terlebih tantangan
dalam menyukseskan Kurikulum 2013 yang salah satunya fokus pada pendidikan karakter.
Presiden Joko Widodo melalui
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) telah menetapkan penguatan karakter
bangsa sebagai salah satu butir Nawacita yang telah dicanangkannya. Karena itu
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK). Program yang telah berjalan sejak tahun 2016 ini berupaya
menumbuhkan lima nilai karakter utama sebagai dimensi terdalam pendidikan yang
membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan yaitu: religius,
nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.
PPK
merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter melalui
proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta
didik dengan cara harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa
(estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik) sesuai
falsafah hidup Pancasila. Untuk itu diperlukan dukungan pelibatan publik dan
kerjasama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari
GNRM (cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id).
Melalui
pendidikan diharapkan penanaman kembali nilai-nilai luhur yang menjadi karakter
bangsa Indonesia dapat lebih efektif. Sebab sasaran pembangunan karakter adalah
generasi muda sebagai aset bangsa yang akan menjadi penentu eksistensi bangsa
dimasa mendatang. Untuk menciptakan peradaban bangsa yang unggul dan diakui
oleh bangsa-bangsa lain harus dilakukan PPK secara revolusioner. Pendidikan
karakter harus berfokus pada mengubah cara berpikir (mindset), sikap dan
perilaku (attitude) dan gaya hidup (lifestyle) yang selama ini sudah kebablasan
sehingga jauh dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Peran Media
Sosial
Salah satu
cara yang bisa ditempuh dalam penumbuhan dan penguatan pendidikan karakter
adalah melalui media sosial (medsos). Medsos merupakan sebuah aplikasi yang mengizinkan penggunanya
berinteraksi dan memberikan timbal balik dengan sesama pengguna, membuat, mengedit dan membagikan informasi
dalam berbagai bentuk. Karenanya medsos dapat berperan
dalam menjangkau semua pihak guna menyampaikan informasi, termasuk dalam dunia pendidikan dan
proses pembelajaran. Aplikasi
medsos yang populer di Indonesia antara lain: Facebook, WhatsApp, Twitter,
Google+, Instagram, Line dan lainnya. Euforia medsos terbukti
mampu mengubah cara berpikir dan bertindak seseorang. Potensi inilah yang harus
dimanfaatkan dalam dunia pendidikan untuk PPK di Indonesia.
Ketika teknologi sudah mendominasi, guru yang bisa diposisikan sebagai
kelompok Digital Immigrant keberadaannya juga sangat penting bagi peserta
didik. Guru harus bisa membimbing dan mengarahkan peserta didik agar belajar
memanfaatkan medsos ke arah yang lebih positif, salah satunya untuk PPK. Sebagai
langkah awal, setiap guru terutama wali kelas dapat membuat grup kelasnya
dengan memanfaatkan aplikasi medsos berbasis App Messenger. Misalnya WhatsApp (WA) yang menjadi
salah satu aplikasi medsos terpopuler di Indonesia saat ini.
Melalui WA guru dapat membuat grup beranggotakan seluruh siswa beserta
orang tua/wali. Grup ini berfungsi sebagai “Ruang Kelas” untuk saling berbagi
konten (tulisan, foto, animasi, video, dll) tentang pendidikan karakter. Siswa
maupun orang tua/wali dapat berkomentar dan memberi masukan terhadap postingan
yang masuk. Guru bertindak sebagai pengelola grup dan mengawasi diskusi yang
berlangsung. Setiap harinya guru memilih postingan terbaik untuk dibacakan atau
ditampilkan di depan kelas oleh pengirimnya. Selanjutnya guru memberikan
penguatan terhadap nilai-nilai karakter positif yang ditampilkan. Kegiatan ini
tidak hanya mengajarkan atau menumbuhkan nilai-nilai pendidikan karakter pada
peserta didik, namun juga dapat meningkatkan kemampuan literasinya.
Hal yang sama juga dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran guna mendidik karakter siswa selaras dengan mata
pelajaran yang diampunya. Bagi peserta didik sekolah dasar atau sekolah yang melarang
penggunaan smartphone/gadget di lingkungan sekolah, guru bisa membuat grup yang
beranggotakan orang tua/wali siswa. Melalui grup ini guru dapat menginformasikan
setiap kegiatan yang berlangsung di kelas/sekolah. Selain itu orang tua/wali
dapat memantau aktivitas atau nilai anaknya dan bisa juga bertanya sesuatu hal
kepada guru. Melalui medsos suntikan motivasi dan PPK dapat dilakukan kapan dan
dimana saja tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.
Penutup
Kehadiran medsos
adalah sebuah keniscayaan. Keberadaannya begitu
fenomenal dan menjadi kebutuhan hidup manusia di era digital. Medsos
memiliki sisi positif dan negatif. Di pundak kita lah sebagai orang tua, guru,
dan masyarakat umummya untuk membimbing dan mengarahkan putra-putri kita
dalam memanfaatkan medsos secara positif.
Dikembangkannya cara-cara baru pembelajaran berbasis teknologi informasi memberi kesempatan kepada guru, peserta didik dan orang tua/wali untuk
memperoleh sumber informasi dan pengetahuan dengan mudah dan murah. Medsos bisa menjadi salah satu cara
revolusioner dalam PPK. Semoga dengan memanfaatkan medsos dalam pendidikan karakter dapat merevolusi mental dan
karakter bangsa Indonesia sehingga tercipta generasi emas 2045 yang memiliki
kecakapan abad 21.
Penulis adalah Guru/alumnus FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Posting Komentar