![]() |
Hamam Nashirudin saat menjukkan kopi olahannya |
Temanggung, Harianguru.com – Kota Tembakau merupakan salah satu sebutan Kabupaten
Temanggung, Jawa Tengah. Selain itu, Temanggung juga dikenal dengan sebutan 'Kota Kopi' karena memang menjadi ‘surganya kopi’.
Melihat luasnya lahan di Temanggung
yang ditanami kopi, menjadi potensi ekonomi lokal bahkan internasional, karena
sudah beberapa kali kopi Temanggung menjadi juara dalam berbagai festival/kontes
kopi internasional.
Potensi ini menjadikan Hamam
Nashirudin, mahasiswa semester akhir Prodi Al-Ahwal Al-Syakhsiyah Jurusan
Syariah STAINU Temanggung, Jawa Tengah, mengembangkan bisnis kopi. Melalui bisnis kopi, menurut dia, mahasiswa bisa mandiri sekaligus mengembangkan jiwa wirausaha.
Ia pun menggeluti bisnis kopi mulai dari
proses pemetikan di pohon, hingga pengeringan, sampai pada packing dan juga
penyajian. Mulai dari kopi jenis Robusta, Arabika, Excelsa dan Liberika.
Temanggung, menurut dia adalah surganya kopi dan kopi ibarat
mutiara terpendam yang harus dikenalkan ke publik. “Kalau lahannya di Temanggung,
paling banyak di Temanggung Utara, yaitu jenis Robusta ada di Pringsurat,
Kaloran, Kandangan, Gemawang, Jumo, Candiroto dan Bejen. Sementara untuk
Arabika di Kledung, Bulu, Bansari, Ngadirejo, Tretep. Kalau Excelsa, itu hanya
varian dari Liberika, tapi hanya dikit,” kata Hamam Nashirudin, Sabtu
(2/12/2017).
Penamaan Robusta, kata dia, itu
masuknya di unit produksinya. “Turunannya ada Tugusari, Banglan, ada Kopi Ayu,
Kipas, BP dan lainnya,” beber pria yang pernah berguru pada Mukidi tersebut.
Sementara Arabika, kata dia, turunannya ada Lini S, Kartika. “Kalau
Liberika itu, jenisnya ada Kopi Lanang dan Excelsa. Kopi Lanang itu merupakan
jenis monokotil, sedangkan dikotil itu ya kopi perempuan. Ini hanya jenis dari
aspek biji-bijian,” jelas aktivis PC PMII Temanggung tersebut.
“Sejak 2015 mulai bergeliat, karena baru mulai
setelah festival saat itu. Awalnya ya memang agak merintis, tapi alhamdulillah sekarang sudah mulai
bergeliat,” ujar pengurus Departemen Keorganisasian HIPMI Temanggung tersebut.
Kalau kopi asli Temanggung ya
aslinya Excelsa, kata dia, INI varial awal yang biasa disebut Kopi Jawa atau
Kopi Gede (Besar), atau Kopi Nangka. “Karena memang pohonnya kayak pohon
nangka. Kalau namanya kemudian Excelsa itu ya nama kerennya lah,” kata dia.
Kalau uniknya di Temanggung, lanjut
dia, pohonnya kira-kira dua meter kalau pertumbuhannya baik. “Kalau pohon kopi
kok tingginya di atas dua meter akan berdampak pada rusaknya pohon saat
pemetikan atau panen. Juga menambah biaya produksi, biaya pemupukan, karena
konsumsi gizi juga tinggi. Idealnya 1,5 sampai 2 meter,” lanjutnya.
Kalau dalam sejarah, kata dia, Arabika
dan Robusta ya yang membawa Belanda ke Indonesia hingga ke Temanggung ini. “Guruku
pertama ya Pak Mukidi. "Yang mengajarkan saya tentang roasting kopi
pertama ya Pak Mukidi di Jambong, Gandurejo, Bulu, Temanggung.
Potens Pengembangan
Kalau dari aspek pengembangan, kata dia, harus dikembangkan
kopi packing siap seduh. “Tentunya yang sudah sesuai SOP, atau Standar
Operasional Produksi. Ya, mulai dari petik merah, pengolahan pascapanen
menggunakan pengeringan yang baik, jarak pengeringan minimal 50 cm di atas
tanah. Itu pun harus memakai streamin
bukan terpal atau anyaman bambu (kepang).
Itu dikeringkan sampai kadar air minimal 12 persen agar saat penyimpanan tidak
menjamur,” tegas dia.
Kemudian kalau sudah kering, kata dia, proses berikutnya
adalah penggorengan. “Ini memakai alat mesin roasting, tidak manual. Ketebalan
mesin dari stenlies minimal 0,5 mm,” papar dia.
Untuk Robusta, kata dia, yang bisa dikatakan matang itu
ketika medium, yaitu tingkat kematanagnnya ketika warna kopi masih cokelat.
Untuk Arabika, kata dia, itu juga sama medium. “Tapi untuk Arabika,
ya medium saja, warnanya agak cokelat muda,” ujar dia.
Setelah itu, didiamkan tiga hari agar gas keluar karena
berdampak dengan karbon. “Tiga hari ini metodenya ditutup dan dibuka agar
seimbang. Setelah didiamkan tiga hari, baru dibubuk atau dihaluskan dengan
mesin, bukan manual. Manual juga bisa tapi ya lama. Setelah itu baru packing,
pengemasan dan labeling,” beber dia.
Untuk plastik bening, kata dia, plastiknya minimal 0,8 mm.
“Sementara untuk plastik berwarna agak tebal, aluminium foil, itu yang biasa
dipakai karena yang paling standar,” beber dia.
Kalau plastik bening, memang agak sobek. Tapi kalau aluminium
foil ini sudah standar supermarket. “Ini per satu bungkus, bisa untuk 10 gelar
standar,” beber dia.
Untuk agenda, kata dia, kita sudah mengawal sejak tahun ini.
“Yaitu dengan membuat Brew Bagi, yaitu acara tiap hari Jumat yang digelar
komunitas Selapanan Kopi yang anggotanya para pelaku usaha kopi,” kata dia. Forum
ini juga menjadi wahana bagi-bagi kopi-kopi gratis tiap pelaku usaha kopi.
“Untuk even besarnya, ya sudah tiga tahun jalan sampai 2017
ini. Diadakan setelah musim panen kopi dengan peserta seluruh pegiat kopi
Temanggung. Ini skalanya masih festival kopi Temanggung, syukur ke depan bisa
berkonversi ke Jateng bahkan nasional,” ujar dia.
Untuk konsumen, selain penikmat kopi, kalau untuk tips agar
kopi awet, kalau beli kopi bubuk jangan terlalu banyak, ya cukup untuk stok
satu bulan. “Untuk penyimpanan, ditutup rapat, karena aroma kopi setelah
menjadi bubuk dan terbuka, itu paling lama dua minggu akan berkurang,” papar
dia.
Kalau yang dimaksud pecandu, kata dia, menurut saya sudah 10
gelar per hari. “Di bawah itu, ya baru tingkat penyuka, bukan pecandu,” beber
dia.
Untuk konsumen kopi, kata dia, usahakan sebelum meminum kopi,
makanlah makanan kecil. “Karena kopi menyimpan banyak zat asam, ketika perut
kosong kok langsung ngopi, maka asam lambung meningkat dan menjadikan perut
sakit. Maka kedai kopi yang baik, saat menyajikan kopi seduh pasti disediakan roti
atau makanan kecil di sampingnya,” papar dia.
Untuk takaran saji, kata dia, untuk gelar kecil ya cukup satu
sendok makan penuh. “Untuk takaran gula, itu selera, itu pun disarankan setelah
kopi jadi. Tapi kebiasaan di sini, penikmat kopi jarang memakai gula. Untuk takaran
saji, airnya sekitar 130 - 150 ml per 1 sendok makan penuh atau 10- 15 gram
kopi. Suhunya, 80-90 derajat celcius. Ini bisa untuk semua ukuran atau takaran
penyajian, tinggal menaikkan atau mengurangi,” jelasnya panjang.
Hamam, biasanya menjual kopi produknya berlabel Lengkong
Coffee via online maupun offline itu, untuk bubuk/rosbin ukuran 1
kg mulai dari harga Rp 180.000 sampai Rp 20.000. Sementara untuk bubuk ukuran
100 gram mulai dari Rp 20.000 sampai Rp 30.000.
Ia berharap, potensi Temanggung ini
harus dimanfaatkan untuk berbisnis sekaligus menjadikan kopi sebagai salah satu
khazanah khas Temanggung yang bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Dari hasil
berbisnis yang ia lakoni itu, ia mengaku bisa untuk membantu kehidupan
sehari-hari termasuk kuliah. (red-HG22/hi).
Posting Komentar