Oleh Lilik Puji Rahayu, S.Pd., M.Pd.
Penulsi merupakan guru SD Supriyadi Semarang.
Di
zaman sekarang ini, kita jarang melihat anak-anak bermain permainan
tradisional. Tidak pernah lagi melihat anak-anak bermain ‘jamuran’, gundu,
cublak-cublak suweng, dakon, bermain hujan, lumpur dan permainan tradisional
lainnya. Kenyataanya bahwa anak-anak di zaman teknologi ini lebih senang
mengurung diri di kamar. Anak-anak lebih mementingkan bermain game daripada
meningkatkan hubungan sosial mereka.
Perkembangan
dan kemajuan teknologi begitu pesat, terlebih gadget (smartphone/handphone/HP/tab)
menjadi sebuah kebutuhan wajib bagi manusia saat ini. Pada awal kemunculannya, gadget dianggap sangat positif karena
dapat mempercepat pekerjaan manusia dalam proses mencari informasi dengan mudah.
Namun
sekarang, gadget tidak bisa dipisahkan
dari semua kalangan, dari orang tua, anak kuliah, anak sekolah SMA, SMP, SD
bahkan sampai anak usia prasekolah sudah dibekali dengan gadget di sela waktu bermainnya.
Seiring
waktu berjalan, manusia mulai merasakan efek negatif dari benda ini, seperti
masalah kesehatan, masalah sosial, dan ganguan perkembangan psikologis pada
anak. Dampak negatif yang terjadi adalah dapat memutuskan hubungan sosial
dengan teman-teman sebayanya. Dengan demikian, tidaklah heran jikalau di zaman
ini anak-anak lebih bersifat individualistik, acuh tak acuh dengan lingkungan
sekitarnya serta minimnya sikap respek terhadap fenomena realitas di
sekitarnya.
Racun bagi Anak?
Benda
kecil dengan kemampuan teknologi canggih jika digunakan tidak dengan sangat
bijak bukan lah tidak mungkin akan menjadi racun bagi penggunanya terlebih bagi
anak usia sekolah.
Pertama,
dengan adanya gadget konsentrasi anak
saat belajar akan mengalami penurunan. Konsentrasinya menjadi lebih singkat dan
sikap respek anak terhadap lingkungan sekelilingnya berkurang. Anak kerap kali
berimajinasi mengenai tokoh game yang
sering dimainkan pada gadget nya. Kebiasaan
anak menggunakan gadget akan merusak kemampuan berkonsentrasi. Memang
mengasyikkan, tapi akhirnya terbiasa, sehingga pada waktu seorang anak harus
fokus terhadap sesuatu hal, fokus dengan belajar di rumah, fokus saat
memperhatikan guru di keas, akhirnya menjadi susah untuk fokus.
Kedua,
mengalami kecanduan. Kebiasaan memegang gadget
dalam waktu yang sering bagi anak, makan sambil pegang gadget, mau tidur dan
bangun tidur pegang gadget, pulang sekolah pegang gadget, terlebih hari libur ful gadget. Kondisi ini adalah efek
candu dari gadget. Saat di sekolah pikirannya ingin segera pulang biar main
gadget, ingin segera hari libur biar bisa main gadget. Saking asiknya kebiasaan
dengan gadget, sehingga bila tidak ada gadget, anak-anak merasa gelisah.
Ketiga,
malas membaca dan menulis. Gadget membuat anak-anak menjadi sangat malas
membaca dan menulis. Karena kebanyakan siswa menganggap sekedar membaca tulisan
merupakan hal yang membosankan, sehingga anak lebih memilih gadget. Selain itu,
anak lebih mencari hal yang praktis dalan melakukan aktivitas belajar. Motorik
anak menjadi kurang efektif dan kebiasaan menulis menggunakan tangan menjadi kurang
apik.
Keempat,
menurunnya kemampuan bersosialisasi. Anak menjadi acuh dengan lingkungan
sekitar dan tidak paham dengan etika bersosialisasi. Rasa solider antar sesama
memudar dan komunikasi pun tidak efektif. Imbasnya psikososial anak menjadi tumpul.
Kelima,
menghambat perkembangan psikologis anak. Penggunaan gadget akan membuat
pergerakan anak sempit. Anak yang menggunakan gadget secara berlebihan akan
berdampak buruk pada prestasi akademiknya. Pengawasan dan penggunaan terhadap
gadget harus lebih intensif. Jika tidak diawasi oleh orang tua, maka bukan
tidak mungkin akan mengakibatkan stres pada anak. Anak stres akibat tidak dapat
memenangkan permainan di gadget nya, sehingga sering mengganggu kondisi
mentalnya.
Keenam,
malas melakukan banyak hal. Saat menggunakan gadget, anak cenderung tidak
melakukan gerak badan. Sensor motorik yang tidak sering diasah akan tumpul,
tidak berkembang bahkan mati. Akibatnya, jika sensor motorik tidak digunakan
oleh anak sejak kecil, bukan hanya keterampilan menulis saja yang menurun,
tetapi akan membuahkan penyakit akibat tidak melakukan gerak motorik pada
badan.
Ketujuh,
anak menjadi agresif. Konten kekerasan dalam gadget, dapat menstimulus anak
untuk melakukan hal apa yang dilihatnya. Dampak buruk jangka panjang pada anak
yang mengkonsumsi gadget, menjadi lebih agresif dari anak biasanya. Bukan tidak
mungkin anak akan meniru adegan permainan kekerasan pada teman sebayanya.
Tanggung Jawab Bersama
Gadget
menjadi sarana informasi yang baik walaupun terkadang ada informasi yang salah
atau tidak tepat, maka dengan itu kita harus menggunakan gadget dengan bijak, apalagi
zaman sekarang teknologi sangat canggih serta ditambah adanya social media yang
semakin merajalela, bisa saja gadget yang semestinya bisa dijadikan tutor untuk
belajar malah hanya untuk bermain social media dan bermain game.
Maka
perlunya pengawasan intensif dari orang tua di rumah. Mengembalikan waktu
belajar anak untuk belajar, mengembalikan waktu sosial bermain anak dengan
teman-teman di lingkungannya. Kualitaskan waktu berkumpul bersama anak-anak, seperti
saat sedang makan malam bersama, menonton TV bersama, jangan biarkan anak
bermain gadget/handphone terus menerus. Mengajak anak untuk bercerita tentang kesehariannya
di sekolah, kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi dalam belajarnya.
Jangan
biarkan kondisi pada saat kita bertemu satu sama lain, berbicara, bertukar
pikiran dan pengalaman, malah lebih fokus ke gadget daripada bercerita dan
tertawa bersama keluarga atau teman. Gunakan gadget sesuai kebutuhan sebagai sarana
yang membantu kita secara positif. Terutama melindungi anak-anak dari bahaya
laten gadget jika minim bimbingan dan pengawasan orang tua. (*)
Posting Komentar